Tentang sebuah perjalanan.
Sungguh di dunia ini ada banyak hal yang bisa diambil hikmahnya. Tergantung
peka atau tidak. Aku pun tersadar satu hal mengenai hidup saat menaiki
transportasi umum alias angkot. Kebetulan atau tidak, yang jelas aku seolah
belajar dari peristiwa tersebut. Mungkin ini pesan Tuhan secara tidak langsung
Ini tentang peristiwa yang
mungkin tidak hanya aku yang pernah mengalaminya. Peristiwa saat tiba-tiba
diturunkan di tengah perjalanan, belum sampai pada tujuan perjalanan. Apa yang
dirasakan? Kesal bukan. Apalagi saat terburu-buru, dituntut untuk datang tepat
waktu. Jika sudah begitu, apa daya hanya bisa pasrah dan melanjutkan
perjalanan.
Sebelah mana yang bisa diambil
hikmahnya. Jika aku memaknai...
Ibaratkan perjalanan hidup, kita
punya tujuan yang harus dicapai yaitu lokasi yang akan dituju. Dalam hidup ini
adalah tentu ridha Allah yang harus dicapai. Angkot ini ibarat kendaraan yang
membantu kita untuk sampai pada tujuan tersebut. Sangatlah penting kita harus
memiliki perantara yang bisa menyampaikan pada ridha Allah, karena tidak bisa
sendiri, disunnahkan oleh Rasulullah untuk berjama’ah.
Angkot itu tidak hanya satu
bukan, begitu banyak jurusannya. Kita sudah tahu kearah mana perjalanan yang
akan dituju dengan memilih salah satu angkot untuk dinaiki. Kita sudah sangat
yakin kita akan sampai karena angkot tersebut bertuliskan ke mana akan sampai. Namun
di tengah perjalanan tiba-tiba saja supir memaksa kita untuk turun di lokasi
yang bukan tujuan, dari tujuan kita masih jauh. Bagaimana tidak kesal, kita
sangat dirugikan. Rugi biaya, rugi waktu, rugi energi, dll.
Bisa memaknainya, bahwa dalam
melakukan perjalanan hidup jangan merasa aman. Hati-hati dalam memilih
perantara, meski mungkin tujuannya memang sama, namun ada beberapa hal yang
bisa jadi tidak lurus hingga akhirnya malah melenceng. Sayang, sudah cape-cape
ternyata tidak akan dinilai oleh Allah. Sudah merasa ibadah maksimal tapi tidak
sampai pada ridha Allah.
Mumpung masih diberi kesempatan melanjutkan perjalanan,
segera memilih lagi kendaraan yang bagaimana yang bisa sampai. Tentu kendaraan
yang satu arah dengan Rasulullah. Kendaraan tersebut bisa berupa media, media
yang mempermudah perjalanan hidup ini. Mungkin bisa berupa lingkungan dan
teman. Dengan berilmulah kita bisa memilih dan membedakan lingkungan mana yang
benar, teman mana yang semestinya diikuti.
No comments:
Post a Comment