IR

Friday, November 11, 2016

Pelajaran Menuju kerja



Euphoria wisuda masih terasa, kebahagiaan masih melekat terasa sempurna, kemarin begitu mengesankan. Tiba-tiba sore itu ada chat masuk dari staf kampus, sepertinya ada hal penting, tidak biasanya. Setelah ku baca, benar saja rupanya tawaran kerja di salah satu rumah sakit swasta kota Bandung. Bertambah lagi kebahagiaanku hari itu, segala puji ku panjatkan hanya untuk-Mu Allah yang telah meng-ada-kan segalanya.

Aku ceritakan kepada orang tua sembari meminta restu mereka. Ini mimpi, iya salah satu mimpiku untuk bisa kerja di rumah sakit tersebut. Semoga saja ini pun salah satu jawaban dari do’a, semoga ini tempat terbaik menurut-Mu ya Allah.




Orang tua pun mengizinkan, meski Bapa seperti yang masih setengah-tengah memberi izin, mungkin ya karena jaraknya yang lumayan jauh dari rumah. Langsung saja aku siapkan berkas lamaran yang sebenarnya sudah aku buat untuk dikirim ke rumah sakit tersebut, namun ditolak satpam saat itu karena harus lewat e-mail. Belum sempat ku kirimkan lagi, Alhamdulillah ada jalan lain.

Aku pun berencana untuk pergi ke Kampus untuk melegalisir SKL (surat keterangan lulus) terlebih dulu, lalu pergi ke RS tersebut. Pesan singkat pun masuk, pesan resmi yang berisi harus datang untuk tes pada pagi hari tepat waktu. Rencana ke kampus pun dibatalkan, antara khawatir karena SKL dan transkip nilai belum legal, aku berkonsultasi dan memasrahkan apapun yang terjadi.

Keesokan harinya, aku diantar Bapa menuju lokasi. Jujur, aku malu. Sampai juga pada masa dimana aku masih diantar Bapa untuk bekerja. Jika diperhitungkan dari belakang, sudah berapa tahun Bapa setia mengantarkan dan menjemputku kesana kemari. I love you Pa hehehe.

Setiba disana, aku segera menemui satpam seperti yang diarahkan dalam pesan. Ku kira hanya aku, rupanya ada beberapa orang yang sepertinya sama sepertiku. Aku menerka-nerka, kompetitor bukan ya. Semakin dag dig dug dengan segala ketidaksiapan, aku masih merasa ini mimpi, sungguh di luar dugaan. Teman-teman mulai mengetahui saat aku pasang status di medsos, dukungan dan do’a banyak terucap untukku. Terimakasih.

Prosesnya sangat cepat. Dari mulai tes tulis, lanjut wawancara, tes Komputer hingga akhirnya hanya aku yang lolos untuk tes kesehatan keesokan harinya. Allahuakbar, Alhamdulillah.

Ada yang harus ku renungkan. Betapa besar kekuasaan Allah, betapa benar janji Allah. Hari itu, sekitar lima orang pesaing yang sama-sama akan tes untuk satu posisi. Sedikit aku berbincang, rata-rata mereka sudah memasukan lamaran beberapa bulan yang lalu. Beda dariku, aku baru hari itu akan menyerahkan lamarannya. Jika Allah sudah berkehendak, tak ada yang bisa mengalangi. Rezeki adalah salah satu yang Allah sudah tetapkan, Allah sudah atur masing-masing diri.

Rasa bahagia dan tak menduga menyelimuti saat pengumuman hanya aku yang lolos, setelah seleksi tahap pertama di sesi wawancara bersisa dua orang (aku dan satu orang yang sama-sama fresh graduate) yang kemudian seleksi tahap kedua di sesi tes komputer. Puji syukur ku panjatkan pada-Nya. Tak ada kesiapan apa-apa, tes semampunya namun prosesnya begitu cepat. Senin aku sudah bisa mulai bekerja.

Orang-orang bilang “dasar sudah rezeki kamu”. Aku tersadarkan, pertolongan Allah sangat dekat, janji Allah itu pasti, ketetapan Allah sudah tepat. 

Tidak hanya itu, ini jawaban do’a, jawaban dari keresahanku beberapa hari terakhir. Pertama, aku berdo’a ingin kerja yang kontraknya 3 bulan atau 6 bulan dulu saja, khawatir bosan. Allah pun mengabulkan. Kedua, aku sangat ingin bekerja yang saat itu aku masukan lamaran baru ke satu rumah sakit. Namun tak kunjung juga ada jawaban, diri gelisah dan payah kemudian pasrah. Apapun yang terjadi sudah diatur, terus ku ingatkan diri, namun masih saja ada rasa khawatir. Kutipan buku tere liye mengingatkan “Sungguh ada banyak hal di dunia ini bisa jadi kita susah payah menggapainya, memaksa ingin memilikinya, ternyata kuncinya dekat sekali; cukup dilepaskan, maka dia datang sendiri. Ada banyak masalah di dunia ini yang bisa jadi kita mati-matian menyelesaikannya, susah sekali jalan keluarnya, ternyata cukup diselesaikan dengan ketulusan, dan jalan keluar atas masalah itu hadir seketika”. Aku pun mencoba melepaskan, tidak lagi terlalu berharap. Percaya dengan skenario Allah yang sebaik-baiknya penciptaan. Kemudian Allah pun memberikan rezeki yang tidak disangka-sangka, meski bukan disana namun pasti disini yang terbaik untuk saat ini.

Bismillah…

Dibalik keberhasilan tentu perlu ada upaya, nah bagaimana upayaku? Nanti aku akan bagi dipostingan berikutnya ya dear.

No comments:

Post a Comment