IR

Wednesday, February 17, 2016

Tipuan Perjalanan



Tentang sebuah perjalanan. Sungguh di dunia ini ada banyak hal yang bisa diambil hikmahnya. Tergantung peka atau tidak. Aku pun tersadar satu hal mengenai hidup saat menaiki transportasi umum alias angkot. Kebetulan atau tidak, yang jelas aku seolah belajar dari peristiwa tersebut. Mungkin ini pesan Tuhan secara tidak langsung

Ini tentang peristiwa yang mungkin tidak hanya aku yang pernah mengalaminya. Peristiwa saat tiba-tiba diturunkan di tengah perjalanan, belum sampai pada tujuan perjalanan. Apa yang dirasakan? Kesal bukan. Apalagi saat terburu-buru, dituntut untuk datang tepat waktu. Jika sudah begitu, apa daya hanya bisa pasrah dan melanjutkan perjalanan.

Sebelah mana yang bisa diambil hikmahnya. Jika aku memaknai...

Ibaratkan perjalanan hidup, kita punya tujuan yang harus dicapai yaitu lokasi yang akan dituju. Dalam hidup ini adalah tentu ridha Allah yang harus dicapai. Angkot ini ibarat kendaraan yang membantu kita untuk sampai pada tujuan tersebut. Sangatlah penting kita harus memiliki perantara yang bisa menyampaikan pada ridha Allah, karena tidak bisa sendiri, disunnahkan oleh Rasulullah untuk berjama’ah.

Angkot itu tidak hanya satu bukan, begitu banyak jurusannya. Kita sudah tahu kearah mana perjalanan yang akan dituju dengan memilih salah satu angkot untuk dinaiki. Kita sudah sangat yakin kita akan sampai karena angkot tersebut bertuliskan ke mana akan sampai. Namun di tengah perjalanan tiba-tiba saja supir memaksa kita untuk turun di lokasi yang bukan tujuan, dari tujuan kita masih jauh. Bagaimana tidak kesal, kita sangat dirugikan. Rugi biaya, rugi waktu, rugi energi, dll. 

Bisa memaknainya, bahwa dalam melakukan perjalanan hidup jangan merasa aman. Hati-hati dalam memilih perantara, meski mungkin tujuannya memang sama, namun ada beberapa hal yang bisa jadi tidak lurus hingga akhirnya malah melenceng. Sayang, sudah cape-cape ternyata tidak akan dinilai oleh Allah. Sudah merasa ibadah maksimal tapi tidak sampai pada ridha Allah.

Mumpung masih diberi kesempatan melanjutkan perjalanan, segera memilih lagi kendaraan yang bagaimana yang bisa sampai. Tentu kendaraan yang satu arah dengan Rasulullah. Kendaraan tersebut bisa berupa media, media yang mempermudah perjalanan hidup ini. Mungkin bisa berupa lingkungan dan teman. Dengan berilmulah kita bisa memilih dan membedakan lingkungan mana yang benar, teman mana yang semestinya diikuti.

No comments:

Post a Comment